Suatu saat pas lagi nongkrong bareng temen-temen di satu coffeeshop yang saya lupa namanya, Ada orang yang duduk di jarak 2 meja ngomong kenceng banget dan dengan lantangnya dia bilang “WONG IDEALIS KI RAK KEBAGIAN MANGAN..!!.”. Yang artinya ORANG IDEALIS GAK BAKAL KEBAGIAN JATAH/MAKAN. Setelah mendengar perkataan orang itu mendadak saya langsung kaget banget dan kepikiran tuh, sumpah deh. Gak pernah kepikiran se-kepikiran itu. Ya bagaimana gak kaget, Selain dia ngomongnya kenceng banget dia juga udah menggonjang-ganjingkan batin pikiran saya sebagai seorang yang memilih idealism sebagai pegangan hidup saya , hah! Mungkin kalau saya kenal sama tu orang udah saya ajakin debat kali tu..haha (nggak emosi lho).
Lha menurut saya tu gini. Eh..tapi ini subyektif lho, sah-sah aja dong saya berkomentar dengan jalan pikiran saya sendiri. Benar nggak nya itu bukan urusan saya kan? Kalian sendiri yang nilai sebagai pembaca..haha. Terlalu repot kalau bicara obyektif, Kebanyakan acuan sana-sini malah gak jadi nulis ntar. Di empet dihati juga malah bikin sakit. Toh pikiran orang juga beda-beda kan yak? Jadi ya tinggal dibaca, kalau suka ya syukur, kalau gak suka ya itu terserah deh. Orang yang di coffeeshop itu tadi aja ngomongnya lunak banget kok, kenapa saya enggak?? Hahaha…
Lha gini ni. Jadi menurut saya idealis itu kayak pisau atau harimau atau pedang atau apa sajalah yang pernah disebutin pepatah manapun seperti “blablabla mu adalah blablabla mu”. Lha sebenernya sih simple, kalau saya sih lebih memilih menggunakan idealisme saya pada tempatnya dan keadaannya. Walau bagaimanapun kan kita hidup di komunitas sosial kan ya, kayak mungkin kita kerja sama orang lain, kita berkelompok sama orang lain, kita bersosialisasi langsung dengan orang lain dan lain sebagainya. Emang sih pada suatu saat kita harus meletakkan idealisme kita dibelakang, Tapi tidak menghilangkan lho, hanya meletakkan dibelakang untuk sejenak. Mengapa begitu? Karena kalau kita menjauhkan idealism jauh dibelakang, kita bakal terinjak sama kekejaman kaum sosialita tadi. Saya bisa bilang kaum sosialita kejam karena mereka pasti juga memiliki idealisme sendiri sebagai senjata yang mungkin kita tidak tahu. Di saat kita sudah mulai tidak nyaman, maka bersegeralah kembali dan berpegang teguh kepada idealisme anda sendiri, apapun yang terjadi. Karena itu saya rasa lebih sangat nyaman dibandingkan harus mengikuti idealisme orang lain. Karena hidup sukses itu menurut saya adalah hidup yang nyaman. Nyaman dengan keadaan, nyaman dengan sekeliling kita, nyaman dengan pekerjaan kita, nyaman dengan tidak adanya orang yang kita sakiti, nyaman dengan dogma dan doktrin yang kita miliki, nyaman disaat orang lain melihat kenyamanan kita, dan begitupun sebaliknya. Nyaman lahir batin deh pokoknya. Jadi kurang apa coba?.
Kalau saya pribadi sih memang lebih suka sendiri sih dalam melakukan sesuatu yang saya kira bisa saya kerjain sendiri. Bukan individualistis lho. Soalnya banyak campur tangan orang lain juga yang ngebuat saya bisa tetep berkarya sampai saat ini. Maksud saya gini, kalau sesuatu bisa dikerjain sendiri sama kita, terus ngapain coba bawa-bawa orang lain buat ngerjainnya? Toh ngerjain suatu dengan tangan sendiri itu lebih asyik, lebih bebas,dan bisa bermain dan melatih si idealisme buat menjelajah pikiran kita sendiri dan nemuin sebenarnya siapa itu diri kita dan apa kelebihan kita. Kurang asyik apa coba?. Buktinya sampai saat inipun saya lebih memilih untuk menjadi freelance dan berwira usaha daripada ikut kerja kantoran sama orang lain. Bukannya gaya atau sombong, tapi memang gak bisa aja sih. Ya tapi itu dia resikonya, punya duitnya gak mesti selalu pas tanggal muda. Kalau lagi ada duit ya bisa makan enak beberapa hari lah, tapi kalau lagi gak ada ya memang harus puter otak cari orderan sana-sini. Ya tapi saya nyaman kok, saya lebih bisa menikmati hidup saya tanpa harus merepotkan orang lain dan dimarahi pak bos. Kalaupun saya sekarang sedang berurusan dengan dengan pak bos yang mengerjakan saya, itu sebagai strategi saya sebagai seorang fighter buat diri saya sendiri dan menggunakan pak bos itu tadi sebagai batu loncatan saya agar bagaimana caranya saya bisa seperti dia. Ya nggak? Namanya orang perang kan butuh strategi buat menang.Ber-Idealisme juga butuh strategi, gak asal membabi buta.
Ya semoga saja saya masih bisa berpegang kuat dengan idealisme saya. Sampai kapan saya nggak tau, tapi selama saya masih bisa, saya bakalan tetep megang terus idealisme saya buat pegangan hidup. Yang penting nyaman deh. Terus kalau seumpama ada yang bilang “hidup yang asyik tu hidup yang keluar dari zona nyaman.”, Bakal saya debatin lagi deh tu orang kalau mereka gak tau apa itu arti sebenarnya dari “keluar dari zona nyaman”. (6/7/11) (2:24am)